Dampak Fatal dari kecanduan Internet
Mungkin kita
akan bergurau ketika membicarakan masalah ini, tetapi kebanyakan orang tidak
menganggap kebiasaan meng-update status di Twitter atau Facebook sebagai
kecanduan yang nyata. Menurut statistik Facebook, rata-rata penggunanya
menghabiskan waktu lebih dari 55 menit per hari. Sementara pengguna Twitter
mengirimkan rata-rata 27.3 juta posting per hari, totalnya 8 miliar posting
sejak awal situs diluncurkan pada 2007.
Selain itu waktu
yang dihabiskan di online game juga tidak sedikit. World of Warcraft mengaku
mempunyai 11 juta anggota, jumlah itu terus bertambah. Jelaslah bahwa banyak
sekali kehidupan moderen dihabiskan di depan layar komputer.Internet memang
memperkaya hidup kita dalam banyak hal. Teknologi ini memungkinkan pengguna
mendapatkan banyak informasi, hiburan, dan mempererat hubungan dengan kerabat
dan teman dengan cara, yang sebelumnya tidak mungkin. Tetapi kapan obsesi kita
akan web dan video game menjadi kecanduan yang nyata, dan seberapa bahayakah
hal tersebut?
BBC
baru-baru saja memberitakan kisah
seorang pria berusia 28 tahun yang jatuh pingsan dan meninggal setelah bermain
sesi game marathon selama 50 jam. Menurut polisi, lelaki ini hanya tidur dan
makan sedikit saja, dia menfokuskan hidupnya ke dalam game. Asumsi penyebab
kematian adalah gagal jantung karena sangat kelelahan.
Di Amerika,
klasifikasi obsesi video game dan komputer sebagai kecanduan belum dipublikasi
meluas. Selain itu perawatan untuk masalah ini juga tidak mendapat perhatian
Pada 2007, ada
gerakan untuk memasukkan ketagihan bermain game dan Internet ke dalam
Diagnostic and Stastical Manual of Mental Disorders (DSM) dari American
Psychiatric Association (APA). Kemudian ditolak karena para ahli beranggapan
tanpa penelitian lebih lanjut, masalah tersebut belum bisa diputuskan.
Industri game
online juga tidak bersedia mengakui bahwa video game yang sangat dinamis ini
tergolong kecanduan. Green Pixels, sebuah situs yang menyediakan informasi game
online pernah menyajikan artikel awal tahun ini dengan judul, “Game Addiction:
Real Threat or Media Hype?” Mereka menulis bahwa menurut Presiden Entertainment
Consumers Association, Hal Halpin, membandingkan video game dengan obat adalah
“propaganda media yang bodoh dan tidak berdasar. Masalah argumen tersebut
adalah hubungannya dengan hipotesa yang salah yaitu: game, seperti musik dan
film, dikonsumsi atau dimakan dengan cara yang sama seperti alkohol, rokok dan
narkotika.”
Di beberapa
negara, kecanduan komputer sudah menjadi masalah yang nyata. Contohnya, China
sudah tergolong negara pertama yang mengidentifikasi dan menawarkan perawatan
untuk masalah kecanduan internet dan komputer.China mempunyai
jumlah pengguna internet terbesar di dunia (hampir 300 juta), tetapi mereka
juga mempunyai pusat perawatan kecanduan internet yang paling baik. Bergaya
militer, banyak dari fasilitas itu ditemukan di dekat basis militer.Salah satu pusat
perawatan ini berada diluar Beijing, dijalankan oleh ahli psikologi China Tai
Ran, bertujuan untuk merawat kecanduan yang diakibatkan oleh nonsubstansi, termasuk
kerja, belanja, dan internet. Fasilitas ini sering menggunakan perawatan
agresif untuk mematahkan kecanduan seseorang.
Sementara APA
masih berencana mengidentifikasi kecanduan computer. Banyak ahli psikiatri
profesional di AS telah mengamati bahwa kebiasaan obsesif terhadap internet dan
game tidak berbeda dengan bentuk kecanduan lainnya.
Bagi orang tua
yang khawatir terhadap kemungkinan kecanduan anak-anak Anda akan video game,
www.video-game-addiction.org memberikan informasi tentang cara mengenali masalahnya
dan metode untuk merawatnya.
Dalam situs itu
dikatakan, “Tentu saja semua pemain game bukan kecanduan, banyak remaja bisa
bermain video game selama beberapa jam seminggu, bisa menyeimbangkan dengan
baik aktivitas sekolah, mendapat nilai cukup baik, bergaul dengan teman dan
kewajiban keluarga. Tetapi untuk sebagian remaja, game telah menjadi keinginan yang tidak terkontrol.
Studi memperkirakan 10 hingga 15 persen pemain game menunjukkan tanda-tanda
yang cocok dengan deskripsi WHO sebagai kecanduan. Seperti berjudi dan
kelakukan obsesif lainnya, remaja bisa menjadi begitu terikat di dalam fantasi
bermain sehingga mengabaikan keluarga, teman, pekerjaan dan sekolah.”
No comments